Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) selama ini dikenal oleh banyak orang sebagai gangguan mental yang mendorong penderitanya untuk melakukan tindakan berulang-ulang, seperti mencuci tangan secara berlebihan. Namun, bagaimana dengan individu yang tidak melakukan tindakan tersebut, tetapi mengalami pikiran mengganggu dan melakukan ritual tertentu. Apakah ia juga bisa disebut mengidap OCD?
Dengan prevalensi seumur hidup sekitar 2,3 persen, sangat disayangkan jika OCD masih sering disalahpahami. Banyak mitos yang beredar menyebabkan kebingungan di masyarakat, sehingga pengidapnya sulit kesulitan untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dan tidak mencari pengobatan.
Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) atau gangguan obsesif-kompulsif adalah gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan pikiran tidak diinginkan yang terus-menerus muncul, kondisi ini disebut sebagai obsesi. Untuk mengatasi pikiran ini, pengidap OCD merasa terdorong untuk melakukan tindakan berulang, yang disebut kompulsi.
Kompulsi dapat berupa mencuci tangan, membersihkan barang, atau memeriksa sesuatu secara berulang. OCD dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan interaksi sosial. Bagi pengidapnya, obsesi ini bisa sangat mengganggu, sehingga mereka merasa perlu melakukan perilaku kompulsif untuk meredakan kecemasan. Jika tidak, mereka akan merasa tidak nyaman dan takut berlebihan.
Menurut data dari Alomedika, OCD dapat muncul pada usia 19 tahun, dengan pria berisiko lebih awal mengalami OCD dibandingkan wanita. Namun, secara global, wanita lebih sering mengalami OCD daripada pria, dengan rasio 2:1.
Selain itu, ada banyak mitos dan fakta lainnya terkait gangguan kesehatan mental OCD, apa saja? Simak berikut ini:
Salah satu gejala umum dari OCD adalah seseorang terobsesi tentang kebersihan, seperti mencuci tangan berulang kali atau membersihkan barang-barang secara berlebihan.
Faktanya, kecenderungan untuk menjaga kebersihan juga dapat mencerminkan karakter seseorang, menurut Jeff Szymanski, PhD, Direktur Eksekutif International OCD Foundation.
“Jika itu sifat kepribadian, Anda memiliki kendali — Anda dapat memilih untuk melakukannya atau tidak. Jika Anda memiliki gangguan obsesif kompulsif, Anda melakukannya karena kecemasan yang melemahkan.”
Keinginan untuk menjaga kebersihan mungkin umum pada pasien OCD, tetapi bukan satu-satunya gejala, dan tidak semua penderita mengalaminya. Kompulsi lain yang sering muncul termasuk menimbun barang, memeriksa kesalahan berulang kali, ketakutan terhadap hal-hal buruk, dan mengulangi rutinitas tertentu. Gejala ini bervariasi, tergantung pada tipe OCD yang dialami pengidapnya dan tidak selalu berkaitan dengan kebersihan.
Banyak yang masih mengira OCD hanya dialami oleh orang dewasa dan sangat jarang terjadi pada anak-anak. Faktanya, OCD dapat dialami oleh siapa saja, baik anak-anak, remaja, maupun orang dewasa. Szymanski mengatakan, setidaknya 1 dari setiap 200 anak-anak dan remaja memiliki gangguan obsesif kompulsif.
Faktanya, OCD sebenarnya tidak jarang. Diperkirakan bahwa sekitar 2-3% dari populasi global menderita OCD pada suatu waktu dalam hidup mereka. Ini berarti jutaan orang di seluruh dunia berjuang melawan gangguan ini. OCD dapat menyerang siapa saja, tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau latar belakang budaya.
Banyak orang yang masih percaya bahwa seseorang yang menunjukkan gejala OCD berasal dari lingkungan keluarga yang ‘tidak sehat’, yang menyebabkan mereka memiliki harga diri yang buruk.
Faktanya, apa yang terjadi pada masa kecil tidak ada hubungannya dengan OCD yang dialami ketika dewasa. Namun, Szymanski menambahkan bahwa genetika serta pengalaman mungkin memainkan setidaknya beberapa bagian dalam perkembangan seseorang sehingga mengalami OCD.
OCD bukanlah pilihan atau kebiasaan buruk yang dapat dihilangkan dengan tekad kuat. Gangguan kesehatan mental ini berasal dari ketidakseimbangan kimia di otak, terutama pada neurotransmitter serotonin. OCD memengaruhi cara otak memproses informasi dan merespon kecemasan, sehingga sulit untuk diatas tanpa perawatan medis atau terapi.
Kebanyakan pengidap OCD tidak mencari pengobatan karena malu, dan mungkin alasan itulah yang menyebabkan mitos ini muncul. Langkah pertama dalam pengobatan OCD adalah melakukan pencegahan terhadap paparan respon, yaitu terapi yang membantu untuk menghadapi ketakutan.
Beberapa pengidap mungkin membutuhkan kombinasi antara terapi perilaku dan penggunaan obat-obatan. OCD dapat dikontrol dengan perawatan yang tepat dan bukan berarti tidak dapat disembuhkan.
Satu Visi Management menawarkan jasa pelatihan eksklusif dan bimbingan konseling Kami, Satu Visi Corp menawarkan pengetahuan dan pelatihan eksklusif di bidang pemulihan batin dan kesehatan secara profesional, untuk mengembangkan karir profesional di bidang tersebut secara berkelanjutan.
Anda dapat mengakses https://satuvisicorp.com/ ataupun media sosial official @teduhplace di Instagram. Terbuka untuk umum, dokter, bidan, dan perawat!
Sumber artikel:
https://www.prudential.co.id/id/pulse/article/apa-itu-ocd/
(Photo by Pawel Czerwinski on Unsplash)